Rabu, 28 Maret 2012

Pelajaran Dari Tukang Parkir


Bagi sebagian orang profesi tukang parkir tentulah dianggap sebagai suatu profesi yang memiliki starata cukup rendah di dalam masyarakat. Untuk melakukan pekerjaan  ini (tukang parkir) tidaklah memerlukan pendidikan yang cukup tinggi. Bahkan seseorang yang tidak mengenyam bangku pendidikan sedikit pun dapat melakukan pekerjaan ini. Tidaklah sulit rasanya ketika diamanahkan  untuk menjaga kendaraan yang hanya beberapa jam saja ditinggal oleh pemiliknya, bukan?
Namun pernahkah Kita belajar dari tukang parkir? Ternyata tukang parkir merupakan bentuk nyata dari manifestasi ilmu ikhlas ketika kehilangan. Anda boleh percaya atau tidak. Namun Saya memiliki beberapa alasan yang mendasar. Coba Anda perhatikan tukang parkir di sekitar Anda. Mereka secara tidak langsung memiliki mobil-mobil atau pun motor-motor yang sedang mereka jaga. Bukankah setiap pemilik kendaraan yang memarkir dan meninggalkan kendaraannya memberikan amanah kepada tukang parkir untuk menjaga kendaraannya? Bukankah ini berarti secara tidak langsung tukang parkir memiliki kewenangan terhadap kendaraan yang sedang diparkir?
Walaupun yang diparkirkan ialah mobil mewah seperti Honda Jazz, Mercedez Benz, BMW, Yamaha Byson, Honda Tiger dan lain-lain, tukang parkir tidak akan pernah merasa sombong. Mengapa? Karena tukang parkir menyadari bahwa kendaraan-kendaaraan tersebut hanyalah titipan, bukan miliknya. Sehingga tukang parkir tidak akan menyombongkan kendaraan-kendaraan yang memang bukan miliknya kepada orang lain. Dan apakah yang terjadi ketika si pemilik kendaraan mengambil kendaraan tersebut? Si tukang parkir tentu dengan ikhlas akan mengembalikannya. Mengapa? Hal ini disebabkan bahwa tukang parkir sadar betul bahwa kendaraan-kendaraan  itu bukan miliknya, namun hanyalah merupakan titipan dari si pemilik kendaraan.
Begitupun harta benda yang sedang Kita miliki saat ini, semuanya hanyalah titipan. Titipan dari Yang Maha Esa. Sehingga kita harus menyadari betul bahwa yang menitipkan (Yang Maha Esa) suatu saat tanpa bisa kita ketahui kapan dan bagaimana caranya tentu juga akan mengambil milik-Nya. Kecewa dan sakit hati karena kehilangan barang yang kita sayangi tentu sangat manusiawi. Namun berlarut-larut dalam kesedihan tentu tidak akan menyelesaikan masalah tersebut. Belajarlah memaafkan diri sendiri dan belajarlah pada pengalaman yang terjadi. Tugas kita sebagai manusia Saya rasa sudah cukup ketika kita mampu untuk menjaga, merawat dan menggunakan barang-barang titipan-Nya tersebut untuk kebaikan.  Ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga, merawat dan menggunakan barang titipan tersebut untuk kebaikan namun barang tersebut masih saja tetap diambil oleh pemilik-Nya, ini tentu di luar kuasa kita. Dan itu merupakan hak preogratif si pemilik barang tersebut.Semoga Yang Maha Esa akan memberikan gantinya dengan yang lebih baik dan anggap saja itu sebagai pembelajaran sebelum Kita dititipi benda-benda yang lebih mewah dan berharga dari benda-benda yang pernah dititipi sebelumnya. Tetap semangat dan ambil pelajaran positif dari sekitar Kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar